Minggu, 05 April 2015

Walau sekejap

Ada yang berbeda dengan dirimu hari ini. Entah apa. Pagi tadi, aku melihatmu berjalan didepan kelasku. Dan kau hanya terdiam melihatku. Tak menyapaku sedikit pun.  Dan tak tersenyum sedikit pun. Tingkahmu memang aneh! Sangat jauh berbeda dengan kamu yang selalu menyapaku melalui pesan singkat di BBM. 

Kau tahu? Akhir-akhir ini, aku sering memikirkanmu. Aku sering membawa namamu dalam setiap doaku. Dan aku selalu berharap, semoga kita selalu bertemu dikampus. Iya, akhir-akhir ini, aku memang merasa aneh dengan diriku sendiri. Namun, dirimu tak kalah anehnya dengan diriku.

Aku mengenalmu, enam bulan yang lalu. Kau adalah pria yang sangat pendiam dan acuh dengan segala yang ada disekitarmu. Termasuk denganku, dengan gadis yang diam-diam mengagumimu. Aku  bahkan sering mencuri perhatianmu. Bertanya seolah aku tidak mengerti dengan cara pengerjaan soal Bahasa Inggris, atau apapun yang bisa membuatmu melihatku dan menyita waktumu.--Walau sekejap.

Kau tahu? Setiap malam aku selalu menunda tidurku hanya untuk bisa mengobrol lebih lama denganmu. Kantuk yang kurasa bahkan tak mampu membuatku menyerah dan tak mampu membuatku memilih untuk tidur. Semua kulakukan demi dirimu, tuan! Semua demi kamu, seseorang yang akhirnya berhasil menyita perhatiaanku. Kuharap kau tak membaca tulisanku ini. Aku takut, kau akan tahu tentang perasaan dihatiku ini. Lalu, kau akan pergi menjauhiku. Aku takut!

Hari ini, kau terlihat berbeda. Tidak seperti hari-hari kemarin. Saat dimana, pesan singkatmu berhasil membuatku tertawa terbahak-bahak. Dan saat dimana, kita bercerita tentang idola kita hingga larut malam. Jika boleh jujur, aku menyukaimu, tuan. Aku menyukaimu! Tolong, jangan tanya mengapa. Sebab, aku pun tak tahu. Namun, sikapmu hari ini sungguh membuatku sedikit merasa sedih. Sikapmu terlalu dingin, hingga mengalahi dinginnya cuaca dimusim penghujan ini. Kau boleh menertawaiku, setelah tahu bahwa kau yang sedang aku maksud dalam tulisan ini. Kau boleh memilih menjauh setelah tahu bahwa aku menyukaimu. Iya, kau bebas melakukan apapun yang  kau inginkan, tuan.

Malam semakin larut, kutahu kau sudah terlelap bersama dengan rasa lelahmu. Bermimpi indahlah, tuan. Tentang impianmu, tentang wanita pujaanmu atau tentang apapun, yang bisa membuat tidurmu nyaman. Sekali lagi, kuharap kau tak membaca tulisan ini. Rasa kantuk dan rasa sedihlah yang membuatku menulis ini, menulis tentangmu. Dan jauh dilubuk hatiku, harapanku hanya ingin melihatmu selalu tersenyum disetiap hari-harimu. Sungguh, tuan!

Maafkan atas perasaan tak wajar ini. Maafkan karena pada akhirnya aku hanya memilih berpura-pura tidak menyukaimu dan memilih untuk bersikap dingin kepadamu. Bukan salahmu! Namun, semua kulakukan hanya karena tak ingin orang-orang tahu tentang perasaanku, juga dirimu. Tetaplah bersikap dingin terhadapku, agar aku juga bisa bersikap dingin terhadapmu. Agar aku juga terbiasa tersakiti oleh kedinginanmu dan akhirnya  membuatku untuk memilih menyerah. Tetaplah seperti itu, tuan.

Dan bersama perasaan yang melelahkan ini, aku pernah berharap bisa menjadi sebuah kisah indah dalam hidupmu.--Walau sekejap.



--Dari seseorang, yang selalu memikirkanmu.