Sabtu, 04 Oktober 2014

Setelah kepergianmu


Suara takbiran menggema dimalam ini. Aku duduk terdiam diberanda kamarku. Sendiri. Pikiranku menerawang jauh keatas langit hitam malam. Membayangkan peristiwa sebulan yang lalu. Peristiwa yang tidak akan pernah bisa aku lupakan. Sampai kapan pun. Peristiwa yang cukup menggoncang pikiranku, dan nyaris membuatku putus asa. Peristiwa yang membuatku kehilangan seorang kakak untuk selama-lamanya. Aku tidak pernah menyangka, semua itu akan terjadi dalam hidupku. Allah memang selalu punya rencana diluar dugaanku. Memisahkanku dengan seorang kakak yang sangat aku sayangi.

Dia, seorang kakak yang selalu mengerti keadaanku. Selalu menasehatiku saat ku berbuat yang tidak baik dimatanya. Selalu bisa diandalkan. Selalu mampu membuatku tertawa. Dia, seorang kakak yang baik untuk adik-adiknya. Seorang kakak yang mampu memikul tanggung jawab sebagai seorang kakak. Dia, seorang yang saat ini sangat aku rindukan.

Sejak pagi tadi, pikiranku tak pernah lepas tentangnya. Tentang dia yang selalu menjadi sumber tawa kami. Dia, iya dia. Teringat kenangan saat bersama dia dulu. Kami selalu kompak dalam hal membuat lelucon yang pastinya membuat papa, mama, dan yang lain tertawa. Kami yang bagaikan tikus dan kucing saat sedang bertengkar. Kami yang saling mendukung impian. Kami yang selalu menyisakan waktu luang untuk berbagi cerita. Tapi sekarang, semua itu tidak akan pernah kulakukan lagi. Dia, dia yang selalu ada untukku, telah dipanggil Sang Pencipta.

Aku benci ketika aku diingatkan, teringat atau mengingat tentang kakak. Aku benci ketika aku melihat butiran air bening membasahi pipi mama saat mendoakan kakak. Aku benci melihat papa yang sok tegar setelah kepergiaan kakak. Aku benci dengan takdir ini. Jujur, sampai saat ini, aku masih belum percaya dengan kenyataan ini. Kenyataan yang membuat aku harus kehilangan seorang kakak. Butuh waktu lama untuk mempercayai kenyataan ini. Butuh waktu lama untuk berhenti menyalahkan Allah. Iya, aku butuh waktu untuk hal itu.

Kini, dimalam takbiran ini, tepat lima puluh hari kau meninggalkan kami. Tak ada lagi tawamu. Tak ada lagi senyummu. Tak ada lagi suaramu. Tak ada lagi kesalmu. Tak ada lagi marahmu. Tak ada lagi candamu. Tak ada lagi! Kau tahu? Saat ini, kami sangat-sangat merindukanmu. Sangat. Kami selalu berharap kamu selalu baik-baik saja disurganya Allah.Oh iya, selamat hari raya idul adha yaa, kak. Berbahagialah disurganya Allah.

Setelah kepergianmu, ragamu memang tidak bersama kami lagi, namun jiwamu akan selalu bersama kami. Dan setelah kepergianmu, aku sangat merindukanmu, kak. :")

Tidak ada komentar:

Posting Komentar