Ini
adalah artikel kedua saya. Memilih bertahan atau menyerah. Dalam sebuah
hubungan, hal tersebut pasti kalian pernah lakukan. Baik itu hubungan
berpacaran atau bahkan hubungan tanpa status. Oke, cerita sedikit yaa. Dulu, saya
pernah kenal sama seorang pria yang jauh dari kekurangan. Sebut saja, RM. Awal
perkenalan kami, biasa saja. Sampai suatu saat, saya merasakan ada yang berbeda
dengan perasaan saya ketika dekat dengan dia. Kami mulai berteman baik, saling
curhat satu sama lain. Dan kami mulai saling tahu tentang apa saja yang kami
sukai. Ada yang berbeda. Iya, ada yang berbeda dengan hubungan pertemanan kami.
Sampai saya menyadari, bahwa saya mulai diam-diam menyukainya.
Saya
selalu berusaha untuk membuang perasaan yang tidak wajar itu. Bagaimana mungkin
perasaan ini bisa kurasakan, sementara dia telah dimiliki yang lain. Dan saya
tahu itu. Tapi, semakin hari, perasaan ini semakin menyiksaku. Sampai akhirnya,
saya memilih untuk terus mencintainya diam-diam. Sakit, memang. Jatuh cinta
sendirian. Tapi apa boleh buat? Tidak ada yang dapat kulakukan selain itu.
Waktu
ke waktu, kurasakan perubahan sikapnya padaku. Dia menjauh. Sangat menjauh. Dan
betapa bodohnya, saya. Saya malah terus bertahan untuk mencintainya diam-diam,
meski rasa sakit terus kurasakan karena perubahan sikapnya. Bertahan dan
bertahan. Hanya itu yang kulakukan saat itu. Sempat berpikir, buat apa
bertahan? Buat apa bertahan, kalo hanya untuk menyakiti hati? Buat apa? Ingin kupergi dan melupakan semuanya, tapi
sulit. Hingga pada akhirnya, kenyataan menyadarkan saya. Berhentilah berharap. Berhentilah
bertahan. Menyerahlah. Dia bukan untukmu. Sadarlah. Iya, kenyataan itulah yang
menyadarkan saya. Dan saat itu, saya juga mulai menjauh dari dia. Saya dan dia
saling menjauh. Dan hubungan pertemanan kami pun renggang. Sampai akhirnya,
saya pun menyerah!
Kalian
pernah merasakannya juga? Memang sulit memilih antara bertahan atau menyerah. Apa
lagi, kalo kita lagi cinta-cintanya sama seseorang. Tapi coba deh pikir, kalo
kita saling bertahan, maka tentu hubungan kita akan terasa bahagia. Tapi kalo Cuma
salah satunya, yang bertahan? Gimana tuh? Yaa, sakitlah pastinya. Kayak yang
kisahku tadi. Yang jatuh cinta sendirian, yang bertahan sendirian dan semuanya kita
lakukan sendirian. Kalo sudah begitu kejadiannya, buat apa bertahan? Gak kasihan
sama diri kamu? Kalo saya sih, kasihan. Makanya saya memilih untuk mundur,
alias menyerah!
Sekarang,
terserah kamu deh. Kalo dia memang sayang kamu, dia gak bakalan biarin kamu
berjuang dan bertahan sendirian. Kalo dia memang cinta kamu, dia akan selalu
merangkulmu dan menggenggam tanganmu untuk berjalan bersama, mewujudkan satu
tujuan. Tujuan seperti apa? Yaa, tujuan untuk saling bertahan selamanya.
Dan
buat kamu, yang keseringan jatuh cinta sendirian. Buruan deh sadar, gak ada
gunanya kita berharap pada cinta yang gak pasti. Pada cinta yang gak pernah
melihat kamu ada. Pada cinta yang selalu mengabaikan kamu. Pada cinta yang bisa
melukai hatimu. Pada cinta, yang datang dan pergi seenaknya. Gak ada gunanya! Sadarlah.
Cinta yang indah itu, jika kamu dan dia saling memperjuangkan, saling bertahan,
saling perhatian, saling melindungi, saling setia. Kalo tanpa itu semua, buat
apa? Lebih baik nyerah saja. Kasihan dirimu, yang memikirkan orang yang belum
tentu juga memikirkanmu. Jatuh cinta sendirian? Haha, mending nyerah deh.
So,
kesimpulannya adalah bertahanlah jika kamu dan dia saling bertahan. Dan menyerahlah,
jika hanya kamu yang terus berjuang. Mungkin memang saya sok, tapi dibalik
kesok tahuan saya, ada benarnya juga loh. Iya gak? Heheh :D
And
finally, sampai disini dulu artikel saya tentang memilih bertahan atau menyerah. Semoga
bermanfaat. Lain waktu, kita bertemu lagi yaa. Dengan topic yang berbeda. Saya Novi,
pamit undur diri. Bye^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar