Hai, apa kabar? Maaf, untuk saat
ini aku belum berani menghubungimu atau pun menyapamu saat kita bertemu. Bukan
karena aku sombong tapi aku hanya butuh waktu untuk dapat menenangkan diri dan
keadaan ini, untuk dapat menganggap semuanya baik-baik saja setelah kita
berpisah.
Kamu
seorang pria yang sederhana, humoris dan usil. Seorang pria yang pintar
memainkan gitar, yang suka balap-balapan, dan suka bercanda. Aku mengenalmu
dari seorang teman baikku. Dan setelah perkenalan itu, akhirnya kita menjadi teman
dekat. Hingga suatu hari kau memintaku untuk menjadi pacarmu dan aku menerima
permintaanmu.
Kamu
adalah pria tangguh. Pria yang tak pernah mengeluh karena lelah atau bahkan
karena sakit. Kamu yang paling bisa menghilangkan kesedihanku, membuatku
tertawa meski terkadang kamu juga penyebab tangisanku.
Menangis
bersama, tertawa bersama, sedih bersama, bahagia bersama adalah hal yang biasa kita
selalu lakukan bersama-sama. Dua tahun bukanlah waktu yang singkat untuk dapat
melupakanmu. Sayangnya, hubungan kita tidak berjalan seperti yang kita harapkan.
Hubungan kita berakhir begitu saja, tanpa ada ucapan perpisahan darimu dan juga
dariku. Sikapmu yang mulai berubah dan sering mengacuhkanku.
Kamu ingat? Kamu selalu punya
bahan pembicaraan untuk kita ngobrol. Lelucon yang biasa kau buat, membuat tawaku
lepas. Hingga pada akhirnya, kita selalu menghabiskan waktu berdua. Aku selalu
menikmati kebersamaan itu. Dan aku nyaman berada disampingmu.
Tanpa terasa, dua tahun telah
kita lewati bersama. Dan perubahan sikapmu mulai terasa ditahun kedua kita pacaran.
Yang dulunya tidak pernah cuek, malah kini menjadi cuek. Yang dulunya tidak
pernah membentak aku, malah kini sering membentakku. Apa yang salah dariku, sayang?
Jawablah. Aku tak ingin hubungan kita begini terus. Katakanlah. Salahku apa? Aku
selalu bertanya-tanya, siapa seseorang yang telah berhasil membuatmu sekasar
ini padaku. Siapa seseorang yang membuatmu berbeda seperti ini? Siapa? Aahh,
sudahlah. Tak ada gunanya juga aku menpertanyakan hal itu lagi. Lagi pula,
sekarang kita sudah tidak bersama kayak dulu lagi. Kamu sudah pergi
meninggalkan dan berpaling pada yang lain. Apa aku terlalu bodoh jika aku terus
menyesali yang sudah terjadi ini? Apa aku bodoh bila membiarkanmu pergi dan
memilih yang lain? Kurasa, yang kulakukan itu memang bodoh. Bodoh karena
terlalu mencintaimu dan terlalu berharap kepadamu!
Berbicara tentangmu memang tak
pernah ada habisnya. Kau tau? Walaupun kita sudah berpisah setahun yang lalu
tapi perasaan ini selalu ada untukmu. Entah mengapa perasaan ini tak pernah
bisa pudar. Hingga detik ini, hatiku masih tertaut kepadamu. Entah apa yang
membuatku terlalu menggilaimu. Mungkin karena kau cinta dan pacar pertamaku. Berbahagialah
untuk pilihan hatimu sekarang. Kuyakin dia lebih baik dariku. Dan yang
terpenting dia lebih bisa mengerti dirimu daripada aku. Selamat untukmu, untuk
dia yang juga telah berhasil merebutmu dariku. Aku berharap, kau tak melupakan
aku, gadis polos yang pernah ada dalam hatimu.
Sekali lagi selamat, Sayang. Selamat
untuk dirimu yang telah menempuh hidup baru. Doaku akan selalu menyertaimu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar