Minggu, 03 Agustus 2014

Selamat menempuh hidup baru, Sayang.



Hai, apa kabar? Maaf, untuk saat ini aku belum berani menghubungimu atau pun menyapamu saat kita bertemu. Bukan karena aku sombong tapi aku hanya butuh waktu untuk dapat menenangkan diri dan keadaan ini, untuk dapat menganggap semuanya baik-baik saja setelah kita berpisah.
            Kamu seorang pria yang sederhana, humoris dan usil. Seorang pria yang pintar memainkan gitar, yang suka balap-balapan, dan suka bercanda. Aku mengenalmu dari seorang teman baikku. Dan setelah perkenalan itu, akhirnya kita menjadi teman dekat. Hingga suatu hari kau memintaku untuk menjadi pacarmu dan aku menerima permintaanmu.
            Kamu adalah pria tangguh. Pria yang tak pernah mengeluh karena lelah atau bahkan karena sakit. Kamu yang paling bisa menghilangkan kesedihanku, membuatku tertawa meski terkadang kamu juga penyebab tangisanku.
            Menangis bersama, tertawa bersama, sedih bersama, bahagia bersama adalah hal yang biasa kita selalu lakukan bersama-sama. Dua tahun bukanlah waktu yang singkat untuk dapat melupakanmu. Sayangnya, hubungan kita tidak berjalan seperti yang kita harapkan. Hubungan kita berakhir begitu saja, tanpa ada ucapan perpisahan darimu dan juga dariku. Sikapmu yang mulai berubah dan sering mengacuhkanku.
Kamu ingat? Kamu selalu punya bahan pembicaraan untuk kita ngobrol. Lelucon yang biasa kau buat, membuat tawaku lepas. Hingga pada akhirnya, kita selalu menghabiskan waktu berdua. Aku selalu menikmati kebersamaan itu. Dan aku nyaman berada disampingmu.
Tanpa terasa, dua tahun telah kita lewati bersama. Dan perubahan sikapmu mulai terasa ditahun kedua kita pacaran. Yang dulunya tidak pernah cuek, malah kini menjadi cuek. Yang dulunya tidak pernah membentak aku, malah kini sering membentakku. Apa yang salah dariku, sayang? Jawablah. Aku tak ingin hubungan kita begini terus. Katakanlah. Salahku apa? Aku selalu bertanya-tanya, siapa seseorang yang telah berhasil membuatmu sekasar ini padaku. Siapa seseorang yang membuatmu berbeda seperti ini? Siapa? Aahh, sudahlah. Tak ada gunanya juga aku menpertanyakan hal itu lagi. Lagi pula, sekarang kita sudah tidak bersama kayak dulu lagi. Kamu sudah pergi meninggalkan dan berpaling pada yang lain. Apa aku terlalu bodoh jika aku terus menyesali yang sudah terjadi ini? Apa aku bodoh bila membiarkanmu pergi dan memilih yang lain? Kurasa, yang kulakukan itu memang bodoh. Bodoh karena terlalu mencintaimu dan terlalu berharap kepadamu!
Berbicara tentangmu memang tak pernah ada habisnya. Kau tau? Walaupun kita sudah berpisah setahun yang lalu tapi perasaan ini selalu ada untukmu. Entah mengapa perasaan ini tak pernah bisa pudar. Hingga detik ini, hatiku masih tertaut kepadamu. Entah apa yang membuatku terlalu menggilaimu. Mungkin karena kau cinta dan pacar pertamaku. Berbahagialah untuk pilihan hatimu sekarang. Kuyakin dia lebih baik dariku. Dan yang terpenting dia lebih bisa mengerti dirimu daripada aku. Selamat untukmu, untuk dia yang juga telah berhasil merebutmu dariku. Aku berharap, kau tak melupakan aku, gadis polos yang pernah ada dalam hatimu.
Sekali lagi selamat, Sayang. Selamat untuk dirimu yang telah menempuh hidup baru. Doaku akan selalu menyertaimu.

                 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar