Untukmu, yang saat ini
berada diingatanku.
Bulan ini, tepat dua tahun setelah kita berpisah. Jenuh!
Iya, itu adalah salah satu alasanku untuk pergi dan memilih untuk mengakhiri
hubungan kita. Tanpa sepengetahuanmu, diam-diam hatiku telah merasakan
kejenuhan itu. Dan kejenuhan itu justru kurasakan disaat hatimu sedang berada
dititik teramat mencintaiku. Untuk hal itu, maafkan aku. Aku tak bermaksud
menyakitimu. Semua sungguh berada diluar dugaanku. Percayalah!
Kau ingat? Tentang segala rencana indah kita? Tentang
rencana kita yang akan selalu bersama-sama, sampai kapan pun. Kau masih ingat? Ah,
iya. Aku tahu, kau tak akan mungkin mengingatnya lagi. Hatimu sudah terlalu
kecewa dan benci dengan keputusanku yang memilih meninggalkanmu, dua tahun yang
lalu.
Pagi ini, tanpa sengaja aku mengingatmu lagi. Sungguh!
Dan sisa-sisa kenangan yang nyaris terlumpuhkan dalam ingatanku itu, datang
kembali menyapaku. Sekedar mengingatkan tentang hal-hal apa saja yang pernah
kita lalui bersama.
Beberapa bulan yang lalu, aku sudah berhasil untuk
melupakanmu. Bahkan dengan keberanianku, kuputuskan untuk tidak berhubungan
denganmu lagi baik dalam dunia nyata maupun via social media. Aku tahu, kau
akan bertanya mengapa aku melakukan itu, atau kau mungkin akan bertanya mengapa
aku menghapusmu dari friend listku disemua jenis social media. Dan jawabannya
adalah karena aku ingin benar-benar melupakanmu. Tak ada alasan lain selain
itu. Dan tolong, berhentilah membenciku. Bukankah, setiap masa lalu berhak
untuk menjauh dan pergi sesuka hatinya? Dan kuyakin, kau pun mengerti akan hal
itu. Sekali lagi, kau juga berhak melupakanku tanpa sedikit pun menyisakan rasa
benci dihatimu.
Bersama kenangan yang melelahkan ini, kudoakan agar
dirimu selalu baik-baik saja. Semoga yang terbaik untukmu akan segera menemuimu
dan menetap dalam hidupmu. Berbahagialah untuk dirimu disana. Aku hanya
mengingat segala tentangmu, tetapi tidak kurindukan apa-apa dari itu semua. Maafkan
untuk sikapku yang dulu terlalu sering mengecewakanmu hingga membuatmu
membenciku. Maafkan. Kini, kubiarkan hatiku kosong tanpa penjaga. Aku tak ingin
lagi terburu-buru dalam hal mencintai. Aku banyak belajar dari dirimu. Yang
berhasil membuatku jatuh cinta dengan singkat dan membuatku pula mengakhiri
dengan singkat. Begitulah.
Ini tulisanku yang ketiga tentangmu. Dan aku janji,
setelah ini, tak akan lagi kutulis tentangmu. Sungguh! Bukan karena aku turut
membencimu, tapi aku hanya ingin terbiasa untuk tidak mengingatmu lagi. Aku hanya
ingin membiarkan hati dan pikiranku kosong dari segala hal tentangmu. Aku ingin
terus belajar untuk melumpuhkanmu dari ingatanku. Semoga kau mau mengerti.—Semoga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar