Aku memandangimu dari kejauhan. Tanpa sepengetahuanmu
dan tanpa sepengetahuan orang lain. Dua hari yang lalu, kau memutuskan untuk
mengakhiri semuanya. Termasuk dengan ketidakjelasan status kita. Kuakui, semua
memang salahku. Yang dengan berani tetap membiarkanmu menunggu tanpa kejelasan.
Tapi percayalah, semua yang kulakukan memiliki sebab dan kurasa tak perlu kuberitahukan
orang-orang tentang sebab itu, juga kepadamu.
Kau yang awalnya kukenal sebagai pria yang selalu semangat,
mendadak menjadi seorang pria yang selalu menggalau disetiap hari-harinya. Dan tentu
perubahan dirimu itu terjadi setelah kau berhasil jatuh cinta dengan seorang
wanita biasa.—Aku.
Tak ada yang perlu kubanggakan atas sikapku yang
nyatanya salah dimata orang-orang. Sebagian dari mereka menilaiku jahat. Iya,
dan tentu aku bisa memaklumi apa yang sebagian orang itu ucapkan. Dan jauh dilubuk
hatiku, tak pernah ada niat untuk mempermainkan perasaanmu. Ini semua sungguh
diluar dugaanku. Sungguh!
Pemikiranmu yang sangat jauh berbeda dari yang
kupikirkan membuat semuanya menjadi begitu rumit. Tentangmu yang selalu ingin
terburu-buru dalam hal memulai hubungan. Tentangmu yang tidak mau mengerti
pentingnya sebuah waktu dan sebuah proses. Kau memang begitu, selalu ingin
terburu-buru. Selalu! Tapi tak apa, tak ada yang perlu kusesali lagi. Tak perlu
kuceritakan tentang perasaanku kepadamu, aku takut nanti orang-orang akan
menilai diriku salah lagi jika mereka tahu bahwa aku mulai menyukaimu. Mereka mungkin
pasti akan menertawakanku jika aku jujur dengan perasaanku. Tapi sekali lagi,
semuanya masih butuh proses dan waktu. Biarlah kau pergi mencari yang lebih
baik dariku, dan tentu dia yang tak akan pernah membuatmu menunggu tanpa
kejelasan.
Dan bersama dengan perasaan bersalah ini, kuucapkan beribu
maaf untukmu. Memaafkan segala sikapku yang mungkin dulu selalu membuatmu
merasa terabaikan. Semoga kau mau memaafkanku. Dan untuk selanjutnya, kita
berteman saja. Begitulah keputusan kita. Sebuah keputusan yang cukup bisa memberi
jalan keluar bagiku, dan mungkin juga bagimu.
Kini, mari saling
mengabaikan, hingga kita mulai terbiasa dan akhirnya saling terlupakan.